Xiaomi Mi 6 dan Mi 5 Brotherhood
|BANJIR SMARTPHONE

Sudah tidak bisa dipungkiri, membanjirnya smartphone di pasaran bagi sebagian orang justru membingungkan. Bukan perkara mudah mencari device yang tepat bagi orang awam. Boro-boro dapat yang sesuai kebutuhan, ujung-ujungnya termakan sales promotion girl (SPG) kinclong dan iming-iming yang menggiyurkan, lupa dari tujuan awal.
Tidak ada yang salah dengan model promosi seperti itu, berbagai cara dari yang elegan sampai yang norak diterapkan bagi produsen untuk bisa menembus target sales sebanyak-banyaknya. Namun, yakinkan sebagai ‘korban’ yang butuh smartphone berkualitas harus ditetapkan sejak mau beli.
Tips singkat sebelum membeli smartphone, jangan tergoda rayuan SPG yang melambungkan produknya dan menjatuhkan produk kompetitor, kuatkan diri tetap pada pilihan, cari referensi yang lengkap, terakhir pilih yang sesuai kebutuhan (premium, high, middle, low), dan kalau ada fitur tertentu yang diincar, fokus saja ke device yang memang kita incar.
Penulis sudah cukup lama tidak menulis artikel berkaitan dengan gadget. Karena memang hampir semua tulisan di sini berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Jadi untuk menulis gadget kalau gak pas punya biasanya dapat pinjaman, nulispun sekedar hobi. Jadi kalau ada perbedaan pendapat, persepsi, dan sudut pandang, mohon dimaklumi. Perbedaan itu indah jika tidak diperdebatkan dan dijadikan masalah. Tidak ada pelangi yang warnanya sama, pasti berbeda.
DUO XIAOMI, MI 6 DAN MI 5
Okay, biar intemesonya gak kepanjangan dan ngelantur dari judulnya. Kebetulah setelah agak lama tidak menulis, kali ini penulis akan menulis tentang duo xiaomi, Xiaomi Mi 6 dan Mi 5 Brotherhood. Satu tahun yang lalu saat penulis meminang Xiaomi Mi 5 terbayang kerennya. Bahkan sebelum itu sudah merasakan kerennya generasi seri Mi, Xiaomi Mi 4.
Menurut pendapat penulis, smartphone keren itu simple, yaitu yang sesuai dengan kebutuhan kita. Bukan karena yang lainnya. Termasuk di dalamnya menjadi keren, menjadi elite, menjadi prestis, itu juga bagian dari kebutuhan. Belum lagi alasan lainnya. Jadi semua tetap relatif.
Nah, dalam berjalannya waktu, mulai HTC, Apple, Sony, Xiaomi, Lenovo, Acer, Ericsson, Nokia, Lumia yang pernah penulis pakai, semua bagus. Namun pada akhirnya jatuh hati dengan Xiaomi sejak menggunakan Mi 4. Ada yang bilang penulis fansboy Xiaomi (karena punya pernik-perniknya cukup lumayan). Lha di rumah penulis masih pakai beberapa device yang disebutin di atas. Sudahlah gak usah bahas fanatik soal device. Penulis berusaha menulis seobjektif mungkin. Seandainya kantong tebal, pasti semua unit akan penulis review, mimpi kali ye!
Xiaomi Mi 5 yang penulis pegang sebelumnya adalah versi Pro yang keramik warna putih dengan spesifikasi Processor Snapdragon 820, RAM 4GB dan Memory Internal 128GB. Sejauh memakai tidak ada komplain selain lock location aja yang agak susah, namun bagi yang suka modd bisa diperbaiki. Lalu kenapa ganti, sebenarnya tidak ada niatan seriius ganti. Kebetulan smartphone istri sudah waktunya ganti, jadi pindah tangan, jadilah ganti Xiaomi Mi 6.
XIAOMI MI 6
Pilihan jatuh pada Xiaomi Mi 6 bukan tanpa alasan, setelah menimbang sana sini, ada beberapa pilihan. Tapi satu persatu tereliminasi, simpel alasannya, over budget, spesifikasi nyaris sama bahkan ada yang di bawahnya. Sedangkan kebutuhan penulis yang paling penting adalah performance, kamera, dan tampilan.
Performance
Yang jelas dengan harga enam (6) jutaan, mendapat device dengan spesifikasi Snapdragon 835, RAM 6GB, Storage 128GB, dan GPU Adreno 540 sudah sangat mencukupi buat penulis. Apalagi bukan game freak, lebih banyak untuk kebutuhan kerja dan iseng. Selama penggunaan batere terasa lebih irit dari Mi 5, karena memang kapasitas lebih besar sedikit. Kecepatan kinerja device yang penulis rasakan jelas lebih cepat dan smooth. Lock lacation juga sudah ada perbaikan. Kelebihan dan kekurangan lainnya bisa cari di Google, sudah bertaburan di sana.
Kamera
Kamera cukuplah, baik dari sisi foto maupun video, khusunya hadirnya dual lense yang bisa menghadirkan bokeh keren, walau kadang gak logis dan agak berlebihan. Maklum perpaduan kinerja lensa, sensor, dan software, berbeda dengan murni kinerja lensa yang bukaannya memang lebar. Yang masih mengecewakan bagi penulis adalah kualitas foto low light dan mode manual.
Dalam kondisi low light, noise masih terlihat dan detail berkurang. Ini sih tetap harus dimaklumi kali. Nah, kecewa berikutnya adalah mode manual. Kenapa? Karena mode manual tidak bisa live preview. Saat kita menggunakan mode manual, tidak bisa melihat perubahan pengaturan secara real time baik pengaturan pencahayaan (speed dan diafragma), white balance, dan iso. Jadi kesimpulannya, buat yang kamera minded jangan beli ini, beli merek sebelah yang memang mengklaim expert, walaupun kadang terlalu alay dan lebay.
Tapi bagi yang benar-benar ingin merasakans sensasi kamera terbaik, saran HTC U11, hingga saat ini masih yang terbaik, semua fitur dan kualitas tetap terbaik. Setidaknya bedasarkan hasil review DxOMark. Okay, kalau urusan kamera, silahkan tentukan sendiri. Kalau mau lihat review hasil dan komparasi kamera banyak contoh dan di youtube juga banyak.
Penampilan
Nah ini juga menjadi poin penting dalam menentukan pilihan smartphone pagi penulis. Berbicara soal desain, apapun, saat ini sudah agak sulit mencari yang benar-benar beda dan baru. Sehingga dalam membranding produk agak sulit kalau dilihat dari aspek desain. Lebih banyak fitur dan keunggulan lain yang dijadikan dasar branding dan marketing strateginya. Pasti ada kemiripan sedikit banyak. Kemiripan itu juga nampak pada Xiaomi Mi 6 ini, iya dengan merek sebelah. Baik bezel, maupun depannya. Belakang sih relatif, karena cover backnya masih ada lengkungan. Malah banyak merek lain yang njiplak persis, bahkan bentuk dan posisi kamera. You know lah.
Awalnya mencari yang Pro/Premium keramik warna putih atau silver seperti Xiaomi Mi 5 penulis sebelumnya. Tapi sayang versi ini hanya tersedia warna hitam, sedangkan penulis kurang suka warna hitam. Hampir semua device milik penulis warna putih. Apa mau dikata, pilihan jatuh warna biru. Lagi-lagi, kalau ditanya kok warna biru. Iya karena penulis gak suka warna hitam untuk pilihan tertentu. Makanya pilih biru. Menurut penulis, birunya gak jelek kok (relatif), apalagi bezel samping dibumbui chrome warna gold. Hohohohoho… Ya sudahlah akhirnya mata blink-blink memutuskan meminang si ‘Blueish’. Harga memang lebih mahal warna ini, selain ketersediaan yang gak banyak, karena warnanya gak umum. Sama kali ya dengan beli mobil. Eh gak ding. Kalau mobil justru mahal yang warna umum.
Sudahlah gak perlu bahas harga. Yang jelas setelah seminggu menggunakan Xiaomi Mi 6 puas, sesuai kebutuhan. Tinggal nunggu offical MIUI 9 yang saat ini masuk tahap beta test. Semoga nanti saat sudah resmi penulis akan buat lagi artikel lain. Begitulah first impression Xiaomi Mi 6 yang sudah agak telat dari penulis. Yang penting nulis.
Semoga bermanfaat bagi pembaca semua.