Brand atau Merek
|Brand atau merek memiliki peran sangat penting dalam sebuah komunikasi pemasaran (marketing communication). Lahirnya media-media baru mau tidak mau menuntut pemasar lebih kreatif dan jeli dalam memilih target pasar (target market). Tren pasar saat ini sudah tidak semata perpegang pada manfaat suatu produk sebagai faktor utama pembelian (buying factor).

Masing-masing negara memiliki kultur budaya yang unik. Hal inilah yang menuntut pemasar berfikir lebih jenius. Mereka harus benar-benar memahami karakter calon konsumen. Sebagai contoh peran brand yang begitu kuat di masyarakat. Saking fanatiknya terhadap brand Blackberry (BB), seseorang rela harus berpanas-panasan, berdesakan, bahkan ada yang hingga pingsan. Hal ini bukan semata karena kecanggihan fitur barunya, tetapi lebih kepada fanatisme serta mindset yang sudah terbentuk di masyarakat bahwa brand Blackberry memiliki nilai prestis dibanding produk sejenis yang ada di pasaran. Sehingga tidak perduli seperti apa kualitas produk terbaru tersebut yang terpenting brandnya adalah Blackberry. Padahal jika kita melihat dari sisi fitur dan manfaat, masih banyak jenis smartphone lain yang lebih canggih dan lebih murah.
Ilustrasi di atas sangat tepat untuk menggambarkan peran sebuah brand pada bauran komunikasi pemasaran. Karena pergeseran pola pikir dan life style inilah dalam membangun sebuah brand tidak sebatas melihat dari citra merek (brand image) tetapi harus mampu menciptakan fanatisme serta loyalitas (brand loyalty). Jika dua hal tersebut dapat dicapai, niscaya saat produk terbaru diluncurkan maka konsumen fanatik dan loyal tersebut akan berbondong-bondong mengantri untuk mendapatkannya.
Pencitraan dan penciptaan fanatisme merek saat ini lebih banyak berbasis emosional. Artinya, pemasar atau produsen harus mampu membuat konsumen jatuh cinta pada suatu merek secara emosional, memperlakukan produk layaknya manusia yang memiliki hubungan emosional. Lihat saja, saat kita membeli produk baru seolah-olah kita sedang jatuh cinta kepada lawan jenis, membelikan asesoris supaya lebih cantik, mempelajari fitur, merawatnya, dan memperlakukannya secara istimewa. Sehingga tanpa sadar seolah memiliki ikatan emosional.
Merek = Karakter
Contoh paling gampang kenapa Ronaldo menggunakan mobil sport di iklannya dan tidak menggunakan jenis mobil MPV atau lainnya. Karena dalam iklan tersebut ingin menampilkan karakter seorang Rhonaldo yang telah kita ketahui adalah seorang pemain bola yang mempunyai skill tinggi, punya kecepatan, ketepatan, dan maco. Coba bayangkan jika Rhonaldo menggunakan mobil Xenia atau Avansa … hehehehhe …
Jadi merek harus mampu mencerminkan karakter yang ingin dibangun. Konsumen cenderung ingin mengungkapkan identitas dirinya, ia akan terus melakukan eksplorasi dengan cara mencari produk yang akan dijadikan simbol identitas dirinya. Sekaligus sebagai pembeda dari orang lain.
Difinisi Merek atau Brand
Merek merupakan pengenal yang mewakili suatu produk tertentu. Bukan sekedar nama, merek merupakan gambaran citra di dalam pikiran konsumen. Merek mencakup nama, logo, gambar, lambang, slogan, font, dan pola desain terkait dengan produk atau layanan. Melalui pola-pola tersebut diharapkan akan memunculkan citra yang dapat mencerminkan nilai, gagasan, dan kepribadian.
Brand image adalah gambaran mental yang mencerminkan cara pandang terhadap merek, di dalamnya meliputi identifikasi, emosi, dan karakter produk, serta asosiasi yang timbul di benak konsumen (brand assosiations).
Agar suatu merek dapat diketahui, diakui, dan diterima (brand awareness) oleh masyarakat atau konsumen, perlu dilakukan proses komunikasi.
Bahasan berikutnya tentang Struktur Merek dan Elemen Merek.