Bangkit Indonesiaku!!!
|Seperti seremonial pada tahun-tahun sebelumnya, di sudut-sudut gang, jalan-jalan, pada rame ngeraya’in HUT RI ke 65. Sadarkah makna perenungan yang selalu diadakan tiap tahun ini? Ibarat manusia, usia negara kita sudah tidak muda lagi. Tapi coba lihat, sifat, perilaku, dan karakter bangsa ini. Sadar atau tidak pelah-pelan citra dan harga diri bangsa ini sudah mulai terkikis. Rasa nasionalisme sudah luntur. Disaat bulan ramadhan seperti sekarang, seharusnyalah kita saling tepo sliro, saling hormati, merenung, dan empati.

Duh para pemimpin bangsa, ingatlah …. ingatlahhh …. negara ini tidak dibuat layaknya ‘Jemblem’ dari pohong. Negara Kesatuan Republik Indonesia ini didapatkan dengan deraian air mata, cucuran darah, dan pengorbanan pahlawan bangsa. Tolong .. please … jangan lebaayyyy …. Perhatikan suara, rintihan, dan tangisan rakyat. Jangan seperti sandiwara di atas panggung. Gara-gara 10% satu gedung tepuk tangan. Tapi sadarkah masing banyak yang perutnya buncit, tinggal tulang belulang, dan tidur dikolong jembatan beratapkan langit. Mereka itu saudara kita, sakit mereka sakit kita. Tahukah Bapak? Mereka menderita, mereka menangis, tapi tapi mampu protes. Pernahkan bapak merasakan???
Oh .. no .. no .. no… jangan terus-terusan dong pencitraan diri. Baik tidaknya diri kita bukan kita yang menilai. Biarin deh orang lain yang menilai. Integritas tidak didapat dari pencitraan kok, tapi karena memang layak disegani. Bosen juga kalo terus-terusan pencitraan diri. Bangsa ini butuh fakta bukan janji. Bapakku yang baik. Orang tua selalu mendahulukan kepentingan anaknya. Niscaya anakpun pasti akan menyangi orang tuanya.
Bangkitlah Indonesiaku. Merah Putihmu akan selalu ada di dalam sanubariku.
Jangan mau harga dirimu dinodai, diinjak, apalagi direndahkan.
I Love You Indonesia. Dirgahayu Negara Kesatuan Republik Indonesia Ke-65.